Senyuman Berlian Terakhir
Pagi yang indah itu menjadi hamaparan yang sesak buana. Air mata terkadang menetes dari pipiku. Dan aku hanya bisa mengingat memori - memori terakhir darinya untukku.
*******
Seperti biasa, mentari tersenyum indahnya diufuk
“ Selamat pagi”, Bonar lewat sms. “ Aku hanya membalas “Pagi juga, udah istirahat?”. Selang beberapa menit dia membalas “Udah, ngomong-ngomong jadi ketemuan buat mengembalikan bukumu tidak?”. Maklum sms kami tidak suka di singkat-singkat alias apa adanya lalu Bonar terbiasa membalas sms itu sangat lama daripada aku karena dia adalah orang yang aktifis dan taat agama sehingga maklum saja dia begitu sibuk. “Iya, pulang sekolahkan jangan lupa, oh iya ini sudah mau masuk nanti lagi ya,”jawabku lewat sms. Dan waktu sms itu pulalah bel masuk dibunyikan.
Tak terasa waktu cepat bergulir, sehingga waktu untuk pulang pun telah tiba. Ye, waktu untuk bertemu dengannya ujar batinku yang telah tidak sabar.
Selang beberapa jam kemudian, muncul sosok laki-laki memakai motor tua dari balik kerimunan siswa-siswa yang baru saja pulang sekolah.
“Hai kak, ini bukumu”, Bonar menyapaku sambil menyerahkan buku-buku yang aku pinjamkan padanya. “Iya, terima kasih”,jawabku agaknya salah tingkah. “ Loh, seharusnya aku yang bilang itu kak, terima kasih ya kak”, dia tersenyum lebih indah dari yang biasanya, seperti senyuman berlian yang menyilaukan dan menyejukan hatiku. “I..iya”, aku mulai gugup dan aku mulai diam terpaku.
“Eh, kak aku pulang dulu ya kak, banyak urusan ni, maaf, oh iya mau saya antarkan pulang kak”, tanyanya lugu dan mengagetkan lamunanku.
“Tidak dik Bonar, saya sudah mau dijemput orang tua saya, hati-hati ya dik”, jawabku dengan senyuman yang mungkin agak berbeda dari biasanya.
“Iya, duluan ya kak, hati-hati juga kak”. Ia sambil memalingkan muka dan pergi dibalik kerumunan lautan manusia dan hilang. Selang beberapa saat orang tuaku datang untuk menjemputku.
Beberapa saat kemudian, sampailah aku dikamarku. Aku bersihkan dan rapikan kamarku yang belum aku bersihkan tadi pagi setelah mengulang pelajaran. Lalu aku buka tas dan aku meneliti barang – barang yang dipinjam. Terlihat sebuah lembaran
Duar…hatiku terkikis setelah membaca
Kini aku tahu betapa bodohnya aku dipermainkan dan hanya bisa mengingat memori - memori terakhir darinya untukku. Ya, seperti peribahasa berkata jika seseorang telah mencapai apa yang ia inginkan, maka ia akan lupa dari siapa dan siapa dia berteman, bagai kacang lupa akan kulitnya.
Selamat tinggal senyuman berlian hanya itu kata-kata yang bisa terucap dalam sukma ini yang sudah hancur berkeping-keping menjadi kumpulan debu.
0 komentar:
Posting Komentar